Home » » THE FAULT IN OUR STARS : Romantisme Remaja Yang Tengah Sekarat

THE FAULT IN OUR STARS : Romantisme Remaja Yang Tengah Sekarat

Written By Unknown on Jumat, 05 September 2014 | 01.01


Hazel Grace (Shailene Woodley) adalah seorang gadis berumur 18 tahun yang tengah sekarat. Kanker tiroid stadium 4 telah bersarang di dalam tubuhnya yang membuat hidupnya sudah dipastikan tidak akan lama lagi. Pun demikian, Hazel tidak menyerah begitu saja. Ia berusaha menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan tegar. Kesehariannya ia habiskan dengan kuliah, berkumpul bersama ayah dan ibunya, jalan-jalan menghabiskan waktu sembari mengenakan cannula serta membawa tabung oksigen yang senantiasa ia tarik. Hazel juga memiliki hobi membaca novel. Dan salah satu novel favoritenya berjudul An Imperial Affliction yang ditulis oleh Peter VanHouten (Willem Dafoe). Dan keinginan terbesar Hazel adalah untuk bertemu dengan novelis tersebut untuk menanyakan akhir dari kisah novel yang juga menceritakan tentang gadis penderita kanker. Atas dorongan ibunya, Frannie (Laura Dern) Hazel akhirnya mengikuti sebuah kelompok khusus untuk orang-orang yang tengah memiliki masalah dengan penyakit kanker. Tujuan dari kelompok tersebut adalah untuk saling memberi dukungan kepada sesama rekan-rekan yang juga sedang sakit dan memiliki batas waktu hidup sudah tidak lama lagi. Di kelompok tersebut, Hazel bertemu dengan Augustus Waters (Ansel Elgort), seorang remaja pria berumur 19 tahunan yang juga mengikuti kelompok tersebut bersama temannya Isaac (Nat Wolff). Seperti halnya anggota kelompok yang lain, Augustus juga tidak normal. Kaki kanannya telah diamputasi dan digantikan dengan kaki mekanikal robot. Selain itu di dalam tubuh Augustus juga telah ada bibit kanker yang tengah menggerogoti tubuhnya terutama organ jantungnya. Dengan embel-embel punya kisah dan nasib yang mirip, Hazel dan Augustus akhirnya menjalin persahabatan. Dan sudah dapat dipastikan, persahabatan itu akhrinya berubah menjadi hubungan asmara yang sendu sekaligus romantis bagi sepasang remaja yang hidupnya tengah di ambang kematian.

The Fault in Our Stars adalah film yang sangat membekas khusunya di kalangan para remaja. Diangkat dari sebuah novel berjudul sama yang ditulis oleh John Green, Film yang disutradarai oleh Josh Boone ini menampilkan kisah cinta nan romantis antara sepasang muda-mudi yang sedang sekarat. Dialog-dialognya sangat ringan khas remaja pada umumnya. Scene-scene yang muncul juga sudah cukup untuk bisa dikatakan manis. Bahkan pada beberapa momen tertentu, bukan tidak mungkin para remaja yang menonton film ini bersama kekasihnya akan bercucuran air mata. Yup! Ini adalah (mungkin) film paling romantis tahun ini dengan pendapatan komersil yang tidak buruk dan review yang lumayan positif dari para kitikus. Lalu apa kekurangan film ini ? Satu-satunya kekurangan film ini adalah cerita film itu sendiri. Atas dasar sebuah film, naskah dan kisah film ini bukanlah hal baru lagi. Kisah romansa yang berlatar belakang orang-orang sakit, khususnya yang sedang seanyak karat sudah cukup banyak dibuat. Dari dalam negeri sudah ada film Surat Kecil Untuk Tuhan yang juga berceita tentang kanker. Sama-sama bergenre drama remaja romantis, A Walk To Remember yang diintangi oleh Mandy Moore dan Shane West sepertinya lebih mengesankan saat itu. Iya, Star dan Remember memang tidak mempunyai naskah yang sama. Mirip pun tidak! Namun apa yang coba dihadirkan dalam The Fault in Our Stars masih menceritakan seputar gadis penderita kanker. Hal lain yang mungkin menjadi bumerang film ini adalah segmen penonton yang dituju. Star terlalu gamblang dalam menyasar film ini terhadap golongan remaja. Akibatnya bagi penonton dewasa, film ini bak kacang goreng yang kering keropong. Bukannya tidak bisa dinikmati, tetapi cerita, momen, dialog, dan adegan-adegan di film ini hanya ada dan bisa diresapi dalam kehidupan remaja saja. Selain itu, musik dan lagu-lagu dalam film ini terlalu fancy dan ngepop. Tidak jelek memang, tapi itu semua semakin melimitasi orang-orang yang menonton film ini.

Dari deretan pemainnya, Ansel Elgort dan Shailene Woodley sudah tidak diragukan lagi kekompakannya.. Mereka berdua adalah nyawa utama film ini. Sebagai sepasang remaja sakit yang tengah dilanda asmara, Elgort dan Woodley mampu menghadirkan interaksi dan hubungan yang manis secara fisik dan romantis dari sisi emosional. Meskipun minus adegan-adegan seks yang vulgar, chemistry mereka berdua tetap terlihat luwes dan cantik. Sepertinya peran sebagai sepasang kekasih lebih cocok buat mereka dari pada peran kakak beradik seperti dalam Divergent kemaren. Jika tahun lalu ada The Spectacular Now yang juga dibintangi oleh Woodley, maka tahun ini duet Elgort-Woodley dalam The Fault in Our Stars adalah film remaja paling romantis tahun ini.
Satu lagi, pemain yang punya andil cukup besar dalam membuat film ini lebih terasa sisi emosionalnya adalah Laura Dern. Dengan perannya sebagai seorang ibu dari Hazel, Dern adalah sosok ibu yang pastinya diinginkan oleh setiap dari kita. Rasa sayang mendalamnya terhadap putri semata wayangnya yang tengah sekarat itu, berhasil ia suguhkan dengan sangat hangat dan syahdu.

The Fault in Our Stars adalah kisah romansa yang sebenarnya pahit dan getir, namun berhasil disajikan dengan cukup indah dan emosional. Interaksi antara dua pesakitan yang tengah dimabuk cinta juga merupakan suguhan paling asyik dari film ini. Mungkin ada yang lebih menyukai romantisme antara James Gandolfini dan Julia Louis-Dreyfuss dalam Enough Said misalnya dari pada menyaksikan percintaan remaja dalam film ini. Namun bagi sebagian kalangan, The Fault in Our Stars adalah kisah cinta inspiratif yang sangat menyentuh dan mengaduk-aduk emosi.

Judge
Naskah : 5/10
Akting : 7/10
Ending : 5/10
Teknis : 5/10
Keseluruhan : 6.5/10
Share this article :

0 komentar :

Postingan Populer

Random Post

 
Support : partner1 | partner2 | partner3
Copyright © 2013. MOVIE WORLD - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger