Sayangnya elemen lain dari film ini benar-benar kurang menggigit, jika tidak ingin dikatakan gagal. Bagian naskah adalah yang memiliki andil paling besar. Sebenarnya premis awal film yang naskahnya ditulis oleh Robert Orci dan Alex Kurtzman ini cukup menjanjikan yakni dengan adanya kisah flashback dan kejadian yang melibatkan kedua orang tua Peter saat ia masih kecil. Kisah balik itu menjadi nilai lebih di sini, karena dari empat film Spider-Man yang sudah tayang, belum ada satu pun yang menceritakan sedikit masa lalu Richard dan Mary Parker. Sayangnya konflik yang melibatkan kedua orang tua Peter tersebut ( yang sebenarnya ada benang merahnya dengan kejadian yang tengah dialami dalam ceritanya ini), tidak dimaksimalkan dengan baik. Adanya plot hole dan misteri yang tidak diselesaikan dengan tuntas (atau mungkin pembuatnya ingin menyimpannya buat film selanjutnya nanti) patut disesali. Masalah lain adalah terlalu singkatnya pengenalan tokoh Max Dillon dan Harry Osborne. Oke lah, sebagai villain Dillon dapat dikatakan berhasil (tetapi tidak dengan Harry), namun dibalik alasan Elektro untuk menjadi villain itu terlalu dipaksakan. What The Fu*k,..... kita bukan anak SD yang bisa menerima alasan secepat dan seweird itu. Jamie Foxx juga bisa dibilang sukses menghidupkan penjahat dengan kekuatan bioelektromagnetis yang menakutkan. Aktor peraih piala oscar tersebut tidak terlihat kesulitan untuk tampil kejam dan sadis, apalagi dukungan make-up nya juga memang canggih. Sayangnya juga tidak terlalu istimewa. Dr. Manhattan pernah melakukan sebelumnya dalam Watchmen. Dari adegan aksinya, kendatipun dipenuhi oleh visual-visual mahal khas marvel juga tidak ada yang spesial. Adegan pertempuran antara Dr. Oct dan spider-man di atas kereta api dalam film Spider-Man 2 jauh terasa menegangkan dan mencengangkan.
Sebagai sebuah film summer, The Amazing Spider-Man 2 jelas sudah memenuhi persyaratannya. Adegan-adegan yang akan sontak membuat penonton tertawa, tersenyum, miris, ataupun bertepuk tangan sudah ada dalam film ini. Penjahat yang mengerikan, romantisme yang manis, adegan pertempuran yang melelahkan sekaligus futuristik, sampai humor-humor yang efektif sudah cukup membuat para penonton bioskop tidak rugi setelah membeli tiket. Sebagai sebuah sekuel, film ini juga sudah lebih baik dari pendahulunya. Problematika yang semakin kompleks dan adanya pengembangan karakter yang sedikit lebih baik khususnya untuk karakter Aunt May yang diperankan oleh aktris veteran Sally Field. Serta penampilan villain terakhir dengan singkat yang sedikit mengagetkan.
Masalahnya, film ini terlalu miskin dan keteteran untuk menceritakan sekaligus menguraikan tiap masalah dan kejadian yang sudah dijabarkan sebelumnya dengan baik, tuntas, sekaligus menghibur dengan kualitas yang baik. Bukan karena ini adalah superhero dari keluarga Marvel, lantas menjadi pembenaran bahwa unsur drama di sini tidak terlalu diutamakan. Berkaca pada Spider-Man 2 yang masih saya daulat sebagai film Marvel terbaik sejauh ini, bahwa Marvel juga sebenarnya bisa membuat penonton mengharu biru dengan sajian dramanya dan berdecak kagum dengan adegan aksinya, semoga sekuel selanjutnya nanti bisa lebih baik lagi. Penasaran dengan
Naskah : 5/10
Akting : 7/10
Teknis : 6/10
Ending : 8/10
Keseluruhan : 2.5/5
0 komentar :
Posting Komentar