Home » » NOAH : Kontroversi Antiklimaks Dalam Balutan Visual Yang Megah

NOAH : Kontroversi Antiklimaks Dalam Balutan Visual Yang Megah

Written By Unknown on Rabu, 13 Agustus 2014 | 01.16

Satu hal yang paling penting dan wajib diingat ketika menonton film Noah ini adalah bahwa ini adalah sebuah karya berbentuk film hasil produksi Hollywood yang digarap oleh salah satu sutradara berkelas Darren Aronofsky yang kita kenal karyanya lewat Black Swan dan The Wrestler. Saya sendiri lebih tidak berkenan menghubungkan film ini dengan kisah Nabi Nuh dalam Islam, karena cerita film ini sendiri memang bukan diangkat dari Al Qur’an, melainkan dari kitab Injil agama Nasrani. 

Entah seperti apa penggambaran Noah dalam Injil, yang jelas Aronofsky telah mencitrakan sosok Noah menurut versinya sendiri Noah (Russell Crowe), yang hidup bersama istrinya Naameh (Jennifer Connelly) dan tiga orang putranya Ham, Shem, dan Japheth mendapat semacam wangsit/mukjizat dari The Creator untuk membangun sebuah bahtera (Ark). The Creator berencana untuk memusnahkan manusia yang selalu berbuat keburukan dan kerusakan di muka bumi dengan mendatangkan sebuah banjir besar yang akan menghancurkan semuanya.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai pesuruh The Creator, termasuk dalam membangun bahtera tersebut, Noah mendapat halangan dari Tubal-Cain (Ray Winstone) seorang manusia angkuh yang mengklaim dirinya adalah raja dari para manusia. Tidak hanya itu, Noah juga harus bergulat dengan sisi kemanusiaan dan spiritualitas yang ada dalam dirinya. Kehadiran sosok Ila (Emma Watson), remaja wanita yang menjadi anak angkatnya, yang kemudian menjalin asmara dengan salah satu putranya, serta hadirnya Methuselah (Anthony Hopkins) yang tak lain adalah kakek buyut Noah, semakin menambah konflik perjalanan batin sang The Chosen One tersebut.

Noah memiliki lapisan ide yang bermacam yang hendak disampaikan oleh para pembuatnya. Berbagai isu seputar pencarian jati diri, ketuhanan, kepemimpinan, cinta kasih, moralitas serta idealisme berusaha dipaparkan oleh Aronofsky dalam durasi sekitar 140 menit. Masalahnya, dengan naskah yang terlalu ‘sepele’, ditambah background kisah Noah sendiri yang memang sudah sangat luhur dan agung, segala permasalahan dan pesan yang muncul menjadi tidak terkesan dan unworthy. Orang jelas lebih akan tersentuh saat mereka membaca sendiri kisah Noah dalam kitab suci agamanya. Russell Crowe sendiri juga belum berhasil menghadirkan sosok Noah yang berkarakter, kuat, dan memorable. 

Terlepas dari penggambaran sosok Noah yang entah benar entah tidak dalam Al Kitab, Russell Crowe jelas sudah berakting habis-habisan untuk perannya tersebut. Bahkan ia juga bersedia muncul dengan 3 tata rambut yang berbeda dalam satu film. Hanya saja, saya sendiri masih melihat Russell Crowe sebagai seorang Gladiator tangguh yang dipenuhi rasa dendam ketimbang seorang nabi pembawa mukjizat dari Tuhannya. Chemistrynya dengan Connelly dan juga dengan para karakter lain di film ini juga terasa ngambang, sedikit kaku, dan nggak maksimal. Khusus untuk Connelly, chemistrynya di A Beautiful Mind jelas berlipat-lipat lebih menyentuh dan kuat. Beruntung, kekurangan dari segi naskah dan akting, berhasil (paling tidak) tertutupi dari aspek teknis. Yup! Sebagai film bergenre epic fantasi, Noah jelas menghadirkan sajian visual effect yang menggetarkan dan memanjakan indra penglihatan.

Lihatlah saat bahtera tersebut diserbu ribuan jenis hewan dan kemudian terombang-ambing sebentar di tengah air yang sangat besar. Dibandingkan bahtera dalam film 2012 dan Evan Almighty, Bahtera Noah di film ini jelas lebih megah dan mewah. Sayangnya sebuah film tidak dapat dikatakan berhasil hanya dari aspek visualnya saja. Noah bukanlah Troy-nya Wolfgang Peterson, Gladiator-nya Ridley Scott, apalagi jika harus disandingkan dengan Trilogi The Lord of The Rings-nya Peter Jackson. Noah adalah paket ringan dengan imbuhan CGI yang sangat luks yang bisa ditonton tanpa perlu menghubungkan dengan kisah lain yang sudah ada. Setelah menonton film ini, saya sendiri sependapat kalo film ini dulu sempat dilarang beredar di bioskop tanah air. Konten dan penggambaran sosok Noah dipastikan akan menimbulkan kontroversi dan hujatan dari beberapa kalangan, kendatipun ( Sekali lagi) sosok Noah di sini bukanlah Nabi Nuh yang ada dalam Al Qur’an. Tapi, berusaha untuk menghindari konflik dan kontroversi lebih awal adalah lebih baik dalam hal ini.

Judge
Naskah : 4/10
Akting : 5/10
Ending : 6/10
Teknis : 8/10
Keseluruhan : 5/10
Share this article :

0 komentar :

Postingan Populer

Random Post

 
Support : partner1 | partner2 | partner3
Copyright © 2013. MOVIE WORLD - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger